Sriwijayatimes id OKU Timur, – Budayawan Sumatera Selatan Dr. A Erwan Surya Negara, MSn menilai patung pengantin di Taman Simpang Empat Tanjung Kemala, yang digadang gadang akan menjadi icon daerah Kabupaten OKU Timur, tidak berdasarkan konsep yang jelas sehingga menghasilkan visual yang tidak tepat.
Menurutnya, keberadaan pengantin itu ada adalah salah satu tradisi dalam masyarakat apakah pengantin itu sudah dapat menggambarkan masyarakat Komerin, tentunya itu masih banyak pertanyaan yang bisa diajukan kalau itu kita jadikan icon masyarakat Komering.
Apalagi properti yang ada di patung tersebut tidak sesuai dan tidak terkait dengan masyarakat Komering maupun ciri khas masyarakat Komering.
“Maka pendapat saya lebih baik monumen itu berbentuk perahu atau istilah komeringnya itu biduk, yang memiliki atap kemudian didepannya berdiri seorang toko, yang kalau kita gambarkan pada masa itu ibarat seorang pasirah atau seorang pangeran Komering yang sedang berdiri menunggu ke depan.
Artinya kurang lebih secara filosofis maknanya itu, ajakan daripada masyarakat Komering untuk maju ke depan,” katanya, melalui pesan WhatsApp, Minggu (3/3/2024).
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk membuat sebuah monumen yang menggambarkan icon suatu daerah seharusnya memang terlebih dahulu melakukan kajian secara ilmiah terkait hal-hal yang signifikan.
Tentunya di wilayah atau daerah yang akan dibangun monumen tersebut, karakter daerah itu harus tergambarkan di monumen yang akan menjadi atau yang dirancang akan menjadi ikon suatu daerah.
“Terkait dalam hal ini, istilah saya bumi komering tentu yang menjadi ikon utamanya adalah keberadaan sungai Komering.
Kalau istilah masyarakat Komering, keberadaan sungai itulah tentunya telah memberikan pengaruh terhadap masyarakat termasuk dalam hal ini kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tanah atau di bumi Komering itu sejak dulu hingga sekarang,” jelasnya.
Dari keberadaan sungai Komering itulah yang tentunya akan dapat digali apa karakter dan identitas, siapa orang Komering. Tentunya karakter identitas filosofi masyarakat Komering yang memang sejak awal bertempat tinggal atau rumah-rumah mereka, sejak dulu itu awalnya menghadap ke sungai Komering.
Sedangkan keberadaan rumah-rumah sekarang yang sudah cenderung membelakangi sungai komering karena keberadaan jalan raya itu, adalah adalah fenomena dalam perkembangan masyarakat.
“Dulu sungai itu adalah gerbang gerbang dari perkembangan atau peradaban gerbang ilmu pengetahuan yang terkait dengan perkembangan masyarakat di bumi atau di tanah komering. Itu gambaran awal, bagaimana kalau kita mau menggali atau mau menemukan ciri khas atau karakter siapa masyarakat Komering.
“Hal itu akan terjawab kalau kita menggali hal-hal filosofis, hal hal keseharian yang dilakukan oleh masyarakat di sepanjang sungai Komering,” pungkasnya. (Ril/IWO)