Sriwijayatimes id OKU Timur – Bupati OKU Timur Ir H Lanosin MT (Enos) sangat optimis target 1 juta ton gabah kering panen (GKP) padi sawah tahun 2024 tercapai. apalagi saat ini teknik sistem budidaya salin ibu (Salibu), salah satu metode yang dikembangkan di OKU Timur.
Bukan tampa dasar, bahwa diprediksikan hingga Desember 2024 ini, luas panen di Kabupaten OKU Timur mencapai 27.223 hektar.
Jika dikalikan rata-rata 6,72 ton per hektar, maka hasil panen mencapai sekitar 1.001.000 ton (1 juta ton) atau 855.610 ton gabah kering giling (GKG).
Hal itu diungkap Bupati OKU Timur Ir H Lanosin MT saat melakukan panen Demarea varietas inpari 47 WBC, dan penyerahan SK Kelompok Tani, di Desa Sumbersuko Jaya, Kecamatan Belitang, Kabupaten OKU Timur, Kamis 12 September 2024.
“Memamg bidang pertanian tentu saya ini memiliki cita-cita untuk memiliki wilayah panen dengan sebesar 1 juta ton,” kata Bupati.
Lanjutnya, untuk mewujudkan hal tersebut pertama tentu melakukan bagaimana caranya meningkatkan hasil propitas daripada sawah yang sudah ada.
Kedua itu bagaimana caranya kita bisa memperluas sawah kita tentunya dan untuk meningkatkan hasil produksi supaya produksinya naik itu butuh kerjasama yang benar-benar baik.
“Semoga apa yang dicita-cita untuk bisa panen satu juta ton dapat terwujud pada akhir tahun ini,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten OKU Timur Junadi, SP, MM menyampaikan, bahwa panen Demarea varietas inpari 47 WBC ini seluas 100 meter di tiga kecamatan dan 4 desa.
Desa Sumber Suko Jaya, Kecamatan Belitang seluas 25 hektar, kemudian Desa Trimulyo Kecamatan Belitang Mulya seluas 25 hektar. Kemudian Desa Ramanjaya dan Desa Karang Jaya Kecamatan Belitang II seluas 50 hektar.
Luas Baku Sawah (LBS) Kabupaten OKU Timur yang tadinya 59.522 hektar. Kemudian pada bulan Juni tadi sudah dirilis oleh ATR BPN menjadi 66.000 hektar.
Lanjut kata dia, pada tahun 2023 produktivitas padi 6,72 ton per hektar gabah kering giling. Sedangkan produksinya mencapai 716.876 GKG atau setara dengan 896.000 ton gabah kering panen (GKP).
Lalu tahun 2004 ini ia juga menyampaikan untuk tanam bulan Oktober tahun 2023 sampai bulan Agustus seluas 129.436 hektare dan luas panennya seluas 109.095 hektare.
Kemudian dikali dengan produktivitas 6,72 ton, sama dengan produksinya 33.118 ton GKG atau setara dengan 857.748 ton GKP.
Lalu untuk tanam bulan Agustus sampai September tahun 2024 seluas 18.228 ha. Kalau 18.228 ha itu panen semua 18.228 ha dikali 6,72 ton berarti produksinya 122.496 ton GKG atau setara 143.320 ton GKP.
“Dari hasil panen seluruhnya tahun 2024 sampai bulan Desember nanti, luas panen kita mencapai 27.223 ha. Dikali 6,72 ton, maka produksinya 855.610 ton GKG sama dengan 1.001.000 ton GKP, dengan demikian, Pak Bupati untuk OKU Timur bisa tercapai 1 juta ton GKP,” ujarnya.
Dengan hasil produksi maupun produktivitas ini perlu ia sampaikan kepada masyarakat khususnya petani-petani yang ada di Kabupaten Oku Timur
“Kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian atas peduli para kelompok tani dan petani se Kabupaten OKU Timur. Sehingga kita Kabupaten OKU Timur mendapat peringkat ke-8 se-indonesia,” pungkasnya.
Dalam acara ini juga Bupati OKU Timur Ir H Lanosin MT membagikan bantuan sarana dan prasarana pertanian berupa traktor roda dua, kultivator, benih padi, pompa air dan Pupuk Organik Cair (POC).
Pemkab OKU Timur juga melalui Dinas Pertanian bekerjasama dengan Perhiptani menerapkan teknik sistem budidaya salin ibu (Salibu).
Teknik Salibu ini akan diterapkan ditanaman padi di OKU Timur, khususnya disawah irigasi teknis. Di mana diketahui mayoritas sawah di Belitang pengairanya menggunakan irigasi teknis.
Sistem Salibu sendiri menggunakan batang padi atau ubinan yang sudah dipanen kembali dimanfaatkan yang selama ini dibiarkan saja pasca panen oleh petani
Sistem Salibu ini nantinya, batang padi akan dipotong 5 cm dari tanah dengan menggunakan arit atau benda yang tajam, agar batangnya tidak rusak. Setelah itu baru dialiri air setinggi 2 sampai 3 cm air.
Setelah tanaman usia 5 sampai 7 hari, baru dilakukan pemupukan. Namun tanaman padi sistem Salibu ini harus dipagar pakai mursa atau waring agar tidak diganggu hewan seperti bebek ataupun ayam.
Keuntungan menggunakan sistem Salibu, petani tidak mesti repot-repot lagi untuk membeli bibit dan menyemainya. Petani tidak lagi mengelola tanah. Sistem tanam masih dilokasi yang sama.
Dengan metode ini yang paling diuntungkan adalah petani secara pengeluaran untuk menanam bisa menghemat pengeluaran sampai 30 persen dibandingkan metode pananaman biasa.(*)