Jalan Ambles, Terancam Longsor

Sriwijayatimes. ID. OKU Timur, – Tarup penahan dinding tanah di sungai tersebut ambrol terbawa arus air yang deras. Akses jalan raya Kabupaten OKU Timur tepatnya di Dusun Tanjung Aman Kecamatan Martapura yang bersebelahan dengan desa Keromongan terancam ambles.

Jika tidak segera diperbaiki dikhawatirkan struktur tanah di sekitar sungai menjad lemah sehingga menyebabkan longsor dan erosi.

Anang warga BP Peliung mengungkapkan, jika kerusakan turap tersebut tidak segera diperbaiki dikhawatirkan tanah dipinggir sungai tersebut semakin menipis habis tergerus air, lama-kelamaan jalan aspal akan ikut ambrol.

“Jalan ini sangat penting bagi warga yang ada di sekitaran pesisir Komering yang akan menuju Martapura. Sebab ini akses yang dilalui sehari-hari, kita minta segera diperbaiki oleh pemerintah,” katanya.

Jika jalan ini tidak segera diperbaiki menurutnya tidak hanya menyebabkan kerusakan jalan, namun dikhawatirkan dapat menelan korban jiwa. Sebab jalan yang terlalu sempit dan volume kendaraan yang cukup banyak akan menjadi salah satu penyebab kendaraan masuk dalam sungai. “Kalau malam disini juga tidak ada lampu penerangan. Rambu-rambu pemberitahuan juga belum ada. Jika kondisi dinding tanah jalan tersebut semakin menipis dikhawatirkan ada kendaraan yang masukan ke sungai,” katanya.

Baca Juga :
HUT KE 5 Veot OKU Timur Berjalan Sukses.

Sementara itu itu Kepala Dinas Pekerjaan Umum OKU Timur Danan Rachmad saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya telah melaporkan kerusakan tersebut ke Balai Besar dan Dinas PU Provinsi Sumatera Selatan, menurutnya pihak bersangkutan akan segera menindaklanjuti laporan tersebut. “Sudah kita laporkan ke pihak balai Besar dan Dinas PU Provinsi dan segera ditindak lanjuti mereka,” ujarnya. Selasa, (31/12).

Ketika ditanya apa penyebab turap tersebut sampai terlepas hingga kawat penahan terkelupas, Danan menyebut salah satu penyebabnya bisa jadi akibat dari aktivitas tambang galian C yang beroperasi disekitar sungai. Pihaknya juga telah melaporkan ke Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pertambangan Provinsi terhadap perihal tersebut. “Bisa jadi penyebabnya akibat aktivitas tambang galian C, kita sudah sampaikan ke DLH dan Dinas Pertambangan Provinsi,” ujarnya. (BD)