Sriwijayatimes.id | Keluarga pilot Sriwijaya Air SJ-182 yang hilang kontak dan diduga jatuh di Kepulauan Seribu DKI Jakarta, mengatakan Kapten Afwan pada Sabtu (9/1/2021) berangkat tergesa-gesa dan mengenakan baju yang tidak diseterika.
“Semalam istrinya cerita bahwa ini adalah kali pertama dalam 15 tahun, suaminya pergi tergesa gesa dan tanpa disetrika bajunya,” kata keponakan Kapten Afwan, Muhammad Akbar saat di hubungi awak media di Jakarta, Minggu (10/1/2021).
Sebelum berangkat, Kapten Afwan mengucapkan permintaan maaf pada istrinya. Bahkan setelah sampai di bandara, Kapten Afwan juga melakukan video call kepada anaknya.
“Ini hal yang tak lazim dilakukan oleh beliau. Biasanya setiap kali ‘landing’, Kapten Afwan selalu telpon istrinya tapi sampai waktu ‘landing’ ternyata tidak ada kabarnya hingga sekarang,” terang Akbar.
Keluarga berharap ada mukjizat dan mendapatkan kabar baik atas keberadaan Kapten Afwan. Kapten Afwan sendiri dikenal sebagai sosok alim di lingkungan tempat tinggalnya.
“Baik orangnya santun, rajin sholat, kalau libur pasti selalu ke masjid,” ungkap Ketua RT setempat, Agus Pramudibyo seperti dikutip Antara di kediaman Kapten Afwan.
Menurut dia, Kapten Afwan yang juga sempat menjadi bendahara masjid dan mantan ketua RT setempat sering memberi tausiah dalam setiap kegiatan keagamaan di lingkungan komplek.
“Beliau sering ngisi tausiah di arisan RT, ataupun kalau ada kegiatan-kegiatan di lingkungan perumahan sini,” terang Agus.
Kapten Afwan merupakan mantan personel TNI AU yang sudah purna tugas sejak 1998. Ia pernah berdinas di Skadron Udara 4 dan Skadron Udara 31.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat take off dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Keberadaan pesawat itu tengah dalam investigasi dan pencarian oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Koordinasi langsung dilakukan dengan berbagai pihak, baik Kepolisian, TNI maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Sejumlah kapal laut milik TNI AL dikerahkan, sekitar 10 kapal diterjunkan ke lokasi diduga jatuhnya pesawat di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Di antara kapal-kapal TNI AL yang dikerahkan yakni KRI Teluk Gilimanuk-531 mengangkut para kru SAR dan juga awak media. Lalu KRI Rigel-933 milik Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal). (*/ant)