Kedelai Langka, Ternyata Ini Penyebabnya

Satgas Pangan Bareskrim Polri saat mengecek ketersediaan kedelai ke gudang importir kedelai, PT Segitiga Agro Mandiri, Bekasi, Jawa Barat./Foto: Antara

Sriwijayatimes.id | Melonjaknya harga kacang kedelai saat ini berimbas pada meningkatnya harga jual tempe dan tahu di pasar.

Kepala Bagian Penerangan Umum Divhumas Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan mengatakan, langkanya kacang kedelai di pasar diduga akibat keterlambatan proses pendistribusian dari negara produsen ke Indonesia akibat pandemi Covid-19.

“Sejak pertengahan bulan Oktober sampai dengan Desember 2020, kapal yang langsung tujuan Indonesia sangat jarang sehingga menggunakan angkutan tujuan negara Singapura dan sering terjadi keterlambatan dikarenakan menunggu waktu dalam konekting ke Indonesia,” kata Kombes Ramadhan di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Rabu (6/1).

Hal ini yang kemudian menyebabkan waktu tiba kedelai impor mengalami keterlambatan antara dua hingga tiga pekan untuk sampai ke Indonesia.

Selain itu harga beli kedelai dari negara asal juga mengalami kenaikan yang sebelumnya Rp6.800 menjadi Rp8.300 per kg.

Baca Juga :
Harga Kedelai Meroket Dan Langka Di OKUT, Karena Export Dari Lampung

Menurut dia, 95 persen kebutuhan kedelai di Indonesia dipenuhi melalui impor dari negara produsen yakni Amerika, Brazil dan Argentina sehingga stok di dalam negeri bergantung pada arus impor.

Total kebutuhan kacang kedelai secara nasional tercatat sebanyak 3.130.495 ton. Jumlah tersebut digunakan untuk pemenuhan industri (besar, sedang, mikro kecil) sebanyak 3.092.351 ton, konsumsi untuk tahu dan tempe sebanyak 13.480 ton, benih sebanyak 9.858 ton dan potensi hilang/ tercecer sebanyak 14.806 ton.

Sementara pemenuhan kacang kedelai dari dalam negeri atau lokal tercatat sebanyak 296.124 ton.

“(Produksi dalam negeri) tidak dapat mencukupi kebutuhan nasional, sehingga perlu didukung pemenuhan melalui impor,” tuturnya.

Ketersediaan kacang kedelai yang ada saat ini diperkirakan sebanyak 411.975 ton sedangkan stok yang ada di importir sebanyak 200.000 ton dan 250.000 ton masih berada di Singapura menunggu keberangkatan.(*/ant)