Sriwijayatimes id OKU Timur – Ketua Lembaga Pembina Adat Kabupaten OKU Timur, Leo Budi Rachmadi mengkritik pedas Pemerintah OKU Timur terkesan perencanaan Pembangunan Ikon Budaya Filosofisnya sangat minim
Menurut Leo Pembangunan Ikon Budaya di Kabupaten OKU Timur, cenderung lemah di perencanaan, sehingga nilai Filosofisnya sangat minim.Contohnya pembangunan tugu pengantin dan Ikan Patin yang terkesan asal jadi saja tampa melibatkan lagi ketua adat atau masyarakat komering.
“Seharusnya kalau seorang pemimpin akan selalu di kenang oleh rakyatnya harus membuat program trobosan yg meninggalkan makom yang selalu bermanfaat bagi rakyatnya,” cetus Leo.
Sejak dilantik Gubernur Sumsel H Herman Deru pada Jumat, 26 Februari 2021 lalu, dirinya menilai kinerja Enos dianggap belum berhasil sebab tidak ada terobosan pembangunan yang nanti nya akan dikenang oleh masyarakat OKU Timur.
Leo bahkan mengaku kecewa, karena Bupati terkesan mengabaikan usulan pembanguan yang sipatnya keadatan suku komering yang nantinya akan menjadi icon daerah itu sendiri
Seperti usulan Lembaga Pembina Adat Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan mengusulkan pembangunan masjid terapung dibangun di pesisir Sungai Komering diantara dua jembatan di Desa Tanjung Kemala, Kecamatan Martapura dengan tujuan nantinya akan menjadi salah satu objek wisata religi di daerah berjuluk Bumi Sebiduk Sehaluan.
“Usulan ini sudah kami sampaikan kepada Pemkab OKU Timur saat pertama kali Enos memimpin menjadi Bupati,”kata Ketua Lembaga Pembina Adat Kabupaten OKU Timur, Leo Budi Rachmadi di Martapura.
Namun sampai saat ini usulan ini terkesan di abaikan dan tidak di anggap karena tidak ada kelanjutanya.Sementara tujuan dari pembangunan ini adalah untuk melihat bagaiman kepedulian seorang pemimpin kepada daerah tersebut.
“Berhasil tidaknya seorang pemimpin dilihat perencanan ia dalam membangun, adakah nanti ia meninggalkan jejak pembanguan yang akan menjadi kebangan masyarakat, jangan bisa hanya membagun yang sudah di bangun, bongkar sana bongkar sini untuk apa,masih banyak yang bisa dibangun untuk OKU Timur jangan terkesan membuang angaran saja,”paparnya.
Leo mengatakan, selama ini Enos tidak pernah melibatkan masyarakat atau ketua adat komering dalam pembanguan khas daerah komering.
“Tidak pernah dilibatakan perencanaan pembanguan khas daerah, ujung ujungnya kurang pas, seperti membangun tugu ikan patin yang ada di jalan lintas,kan kurang pas ikan patin, kenapa tidak ikan baung atau ikan seluang yang memang khas komering,”cetusnya.
Leo menjelaskan, seperti usulan pembangunan masjid terapung ini, nantinya diharapkan bisa melayani wisatawan yang ingin menunaikan ibadah dan wisata religi di Bumi Sebiduk Sehaluan.
“Dengan adanya masjid terapung ini diharapkan semua pengunjung ketika datang ke Kabupaten OKU Timur pelaksanaan ibadahnya tidak terganggu, tapi malah terkesan diabaikan saja,”cetusnya.
Leo mengatakan, bila Pemkab OKU Timur kemaren jadi membangun usulanya, tentunya keberadaan masjid terapung ini juga dapat menjadi objek wisata bagi pengendara roda empat jarak jauh dan kereta api untuk menikmati keindahan islami salah satu Desa Tua di Jazirah Komering ini.
“Kami juga mengusulkan di sekitar taman halaman masjid itu juga nantinya dapat menampung pedagang kecil berbasis UKM baik kuliner maupun hasil kerajinan khas OKU Timur untuk menjajakan dagangannya kepada para pengunjung,” paparnya.
Leo mengharapkan agar OKU Timur memiliki icon bernuansa islami. Apalagi Kabupaten OKU Timur juga merupakan salah satu kabupaten yang berjuluk kota santri sehingga sangat layak memiliki masjid terapung.
Leo menilai kinerja Enos masih banyak yang minus dan biasa saja.Masa kepemimpinan Bupati ini sudah 3 tahun. Namun belum ada terobosan yang membagakan masyarakat khususnya warga Komering.
“Dari catatan-catatan masih banyak nilai minusnya. Tapi kenapa kok ini seakan santai-santai saja. Kalau kegiatan seremonial sering datang, sangat jauh dibandingkan kepimpinan bupati H Herman Deru yang begitu banyak kesanya bagi seluruh masyarakat OKU Timur,mudah mudahan bila nanti Enos terpilih lagi beliau akan lebih memperhatikan perkembangan khas daerah,”ujarnya.
Sebab Kabupaten OKU Timur bukanlah daerah pariwisata alam, karena itu seorang Bupati harus ada terobosan untuk menciptakan priwisata tersebut dengan tujuan daeeah OKU Timur semakin dikenal oleh daerah lain karena khasnya sendiri.
“Keritik saya ini bertujuan agar nanti bapak Enos akan lebih baik lagi dalam memimpin Kabupaten OKU Timur, akan melibatkan ketua adat atau masyarakat Komering dalam rencana pembangunan adat komering jadi tidak asal jadi,seperti membangun patung pengantin Komering karena tidak dilibatkan jadi salah,yang dibangun patung adat palembang,kedepan mudah mudahan tak ada lagi kesalahan seperti ini,”ujarnya.
Ditambahkanya,dirinya juga kedepanya mengusulkan agar Enos mampu membangun tembus pintas jalan 2 Jalur dari jalan merdeka (Kebon Jati dan Cidawang) ke Desa Tanjung Kemala atau Kelurahan Terukis Rahayu, melalui Kampung Sawah (Kel.Paku Sengkunyit), hal ini mengurai kemacetan di 2 lintasan rel Kebon jati dan Tanjung Kemala.
“Atau Pemkab OKU Timur bisa rencana pembangunan jembatan Komering 4 & 5 yaitu dari simpang Desa Kurungan Nyawa menyeberang ke jalan Simpang Pertamina Lutih Negeri Pakuan BP Peliung, hal ini memperpendek jarak bagi pengendara akan menuju Kota Baturaja Melalui Batu Marta Unit X dan Unit VI,” jelasnya.
Masih bayak sebenarnya terobosan yang lebih bermempaat bagi warga OKU Timur seperti pembanguan Jembatan Komering V yang menyeberang dari hulu desa Kromongan Martapura menuju Desa SukoMulyo dan Kromongan Martapura, Ke Jalan Lingkar ke Arah Bandara Gatot Subroto Way Kanan.
“Hal ini juga sangat membantu mengurai kemacetan di Pusat Kota Martapura serta memperpendek jarak perjalanan serta mempercepat pertumbuhan Kota Kota Baru di Sekitar Kec Martapura, bil semua direncanakan dengan matang mengundang tokoh adat dan masyarakat tentunya pembangunan itu akan terasa dampaknya langsung oleh warga,”pungkasnya. ( BD)